Ia terkenal dengan keilmuannya yang mendalam. Menguasai
banyak perbendaharaan ilmiah dan ensiklopedia pada masanya. Para
ulama memandang kagum atas prestasi keilmuan yang dicapai Ibn Hazm. Berjasa
dalam bidang logika, balaghah, syair, Sunnah dan atsar. Jumlah
karyanya di bidang fikih, hadis, ushul, sekte dan mazhab keagamaan,
sejarah dan sastra serta bantahan terhadap lawannya, sebanyak 400 jilid, yang
jumlah keseluruhannya sekitar 80.000 lembar.[3]
Guru pertama Ibn Hazm adalah Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin
al-Jaswar. Di bidang logika, Muhammad bin al-Hasan al-Madzhaji. Fikih, Abu
Muhammad Ibn Dahun, Ali Abdullah al-Azdi. Guru-guru lainnya: Abu Muhammad
ar-Rahuni, Abdullah bin Yusuf bin Nami, dan Mas’ud bin Sulaiman bin Maflat Abu
al-Khayyar. Dari nama terakhir, Ibn Hazm menerima pendapatnya tentang Mazhab
az-Zhahiri.[4]
Ibn Hazm belajar ilmu logika dan kalam juga dari Abu al-Qasim
Abdurrahman bin Abu Yazid al-Mishri. Selain guru-guru yang telah disebutkan,
Ibn Hazm memiliki banyak guru dan menerima hadis, syariah dan sastra dari para
guru di Cordova. Saat itu Cordova dipenuhi para ulama besar.[5]
Karir intelektual yang diraih Ibn Hazm bukan hal biasa dan
mudah. Ia banyak melakukan pengembaraan ilmiah dengan beragam pergolakan dan
penekanan. Perasaan yang didapat Ibn Hazm selama pengembaraannya adalah
pengasingan, jauh dari keluarga dan mendapat banyak musuh dan penindasan. Ibn
Hazm sempat berkeluh-kesah atas cita-citanya mengunjungi Baghdad –mentropolis pengetahuan- tidak
tercapai. Ia mengambarkan keadaan ini dalam sajaknya:
Aku biarkan keringat bercucuran dan rela menempuh jalan jauh
Mengapa Sang Pengasih tak beri aku kesempatan
Dalam perjalanan panjang nan penuh kepayahan
Di tempat nan jauh di sana
kulihat sang hamba berkeluh kesah
Karena kemerosotan ilmu hampir tiba.[6]
Ibn Hazm seorang penulis produktif, banyak menghasilkan
karya-karya di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karya-karyanya masih banyak
dapat dinikmati sampai sekarang, meski banyak pula yang hilang karena permusuhan
dan hujatan dari lawan-lawannya. Keadaan ini dilukiskan Ibn Hazm:
Walau mereka membakar kertas-kertas ini, tapi tidak dalam dadaku
Aku tetap merasa merdeka dan tidak akan hilang sehingga aku dikubur
Mereka hanya bisa membakar kertasku
Namun katakanlah dengan ilmu agar manusia mengetahui
Dr. Mahmud Ali Himayah mencatat ada 46 judul karya-karya Ibn Hazm yang
terlacak.[8] Di
sini pemakalah akan menyebutkan karya-karyanya di berbagai bidang ilmu yang
berlainan. Diantaranya:[9]
1) Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam (Penguatan Dasar-Dasar Hukum) Karya yang berisi ushul mazhab,
membandingkan, menjelaskan dan membela dari ushul mazhab lain.
2) Al- Ushul wa al-Furu’
(Pokok-Pokok Agama dan Cabangnya)
3) Ibthal al-Qiyas wa al-Ra’y, Istihsan wa at-Taqlid wa at-Ta’lil (Membatalkan Qiyas, Ra’y,
Istihsan, Taqlid dan Ta’lil): Karya ini tersimpan di perpusatakaan Gutah,
dengan nomor katalog 640 dan telah dikaji oleh Jaulid Sayhar.
4) Al Bayan ‘an Haqiqah al-Insan (Hakikat Manusia)
5) Diwan Ibn Hazm (Kumpulan Sastra Karya Ibn Hazm)
6) Risalah fi ar-Radd ‘ala al-Kindi al-Failusuf (Penolakan
atas Filosof al-Kindi)
7) Thauq al-Hamamah fi al-Ulfah wa al-Ullaf (kekuatan Wanita
dengan Kelembutan dan Kemanjaan)
8) Fadhl al-Andalus wa Dzikr Rijalih (Keutamaan Andalusia
dan Kehormatan para tokohnya): Orang akan terkejut membaca karya ini bahwa
ulama Andalusia melebihi ulama negeri timur, dan karya-karya Cordova tidak
tertandingi oleh karya-karya Baghdad.
9) Al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal (Penjelasan
tentang Sekte dan Aliran Keagamaan)
10) Mandzumah fi Qawa’id
Ushul Fiqh az-Zahiri (Sistematika Kaidah Ushul Fiqh azh-Zhahiri)
Sementara untuk karya-karya yang hilang, tercatat sebanyak 85
judul[10] Kesemua
ini menunjukkan kejeniusan dan kepiawaian Ibn Hazm dalam belantika pengetahuan.
Beliau wafat di siang hari Ahad, dua hari terakhir bulan Sya’ban 456 H
di padang Lablah. Ada juga menyebutkan, ia wafat di Manta Lisyam desa kelahirannya.[11]
Awalnya Ibn Hazm
menganut Mazhab Maliki, kemudian beralih ke Mazhab Syafi’I dan berakhir ke Mazhab
Zhahiri.[12] Namun,
tidak ada keterangan atau data-data yang jelas mengapa Ibn Hazm menganut Mazhab
Ini.[13]
Ia bukan peniru (muqallid) Imam Daud az-Zahiri, bahkan ada yang
menyatakan kebetulan jalan kedua pikiran mereka sama.[14]
Menurut Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm lebih memilih metode zhahiri
karena penolakannya terhadap “metode instrumentatif” yang menyebabkan agama
menjadi rumit. Kecenderungan zhahiri ini juga berkaitan dengan kondisi
sosial Ibn Hazm yang penuh dengan pertentangan dan pergolakan.[15]
Lalu, kontribusi apa yang telah ditorehkan ulama jenius ini
terhadap mazhab az-zhahiri?
[2] Opcit,
353-354
[3]
Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, h. 62-63
[4] Ibid.
60
[5] Ibid.
60-61
[6] Ibid.
66,67
[7]
Ibid.82-84
[8]
Disertai sinopsis singkat dari 46 judul buku tersebut yang terdiri dari
berbagai bidang pengetahuan.
[9]
Lebih jelasnya lihat Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, h. 83-97
[10] Ibid.
97-104. Di sini juga dirinci mengenai karya-karya yang hilang tersebut.
[12]
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, cet, 3 (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1998) h. 235-236
[14]
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, h. 237
Tidak ada komentar:
Posting Komentar