Rabu, 10 April 2013

Mazhab az-Zhahiri (2): Ibn Hazm

Ibn Hazm merupakan corong utama dalam pengembangan metodologi mazhab zhahiri. Nama lengkapnya, Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm. Lahir di daerah tenggara Cordoba-Andalusia hari Rabu sebelum tebit matahari di hari terakhir Ramadhan tahun 384 H.[1] Bapaknya memiliki kedudukan tinggi dalam pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia. Ibn Hazm tumbuh dalam lingkungan pengetahuan dan dalam keluarga terpandang dan serba kecukupan. [2]


Ia terkenal dengan keilmuannya yang mendalam. Menguasai banyak perbendaharaan ilmiah dan ensiklopedia pada masanya. Para ulama memandang kagum atas prestasi keilmuan yang dicapai Ibn Hazm. Berjasa dalam bidang logika, balaghah, syair, Sunnah dan atsar. Jumlah karyanya di bidang fikih, hadis, ushul, sekte dan mazhab keagamaan, sejarah dan sastra serta bantahan terhadap lawannya, sebanyak 400 jilid, yang jumlah keseluruhannya sekitar 80.000 lembar.[3]

Guru pertama Ibn Hazm adalah Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin al-Jaswar. Di bidang logika, Muhammad bin al-Hasan al-Madzhaji. Fikih, Abu Muhammad Ibn Dahun, Ali Abdullah al-Azdi. Guru-guru lainnya: Abu Muhammad ar-Rahuni, Abdullah bin Yusuf bin Nami, dan Mas’ud bin Sulaiman bin Maflat Abu al-Khayyar. Dari nama terakhir, Ibn Hazm menerima pendapatnya tentang Mazhab az-Zhahiri.[4]

Ibn Hazm belajar ilmu logika dan kalam juga dari Abu al-Qasim Abdurrahman bin Abu Yazid al-Mishri. Selain guru-guru yang telah disebutkan, Ibn Hazm memiliki banyak guru dan menerima hadis, syariah dan sastra dari para guru di Cordova. Saat itu Cordova dipenuhi para ulama besar.[5]

Karir intelektual yang diraih Ibn Hazm bukan hal biasa dan mudah. Ia banyak melakukan pengembaraan ilmiah dengan beragam pergolakan dan penekanan. Perasaan yang didapat Ibn Hazm selama pengembaraannya adalah pengasingan, jauh dari keluarga dan mendapat banyak musuh dan penindasan. Ibn Hazm sempat berkeluh-kesah atas cita-citanya mengunjungi Baghdad –mentropolis pengetahuan- tidak tercapai. Ia mengambarkan keadaan ini dalam sajaknya:
Aku biarkan keringat bercucuran dan rela menempuh jalan jauh
Mengapa Sang Pengasih tak beri aku kesempatan
Dalam perjalanan panjang nan penuh kepayahan
Di tempat nan jauh di sana kulihat sang hamba berkeluh kesah
Karena kemerosotan ilmu hampir tiba.[6]

Ibn Hazm seorang penulis produktif, banyak menghasilkan karya-karya di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karya-karyanya masih banyak dapat dinikmati sampai sekarang, meski banyak pula yang hilang karena permusuhan dan hujatan dari lawan-lawannya. Keadaan ini dilukiskan Ibn Hazm:
Walau mereka membakar kertas-kertas ini, tapi tidak dalam dadaku
Aku tetap merasa merdeka dan tidak akan hilang sehingga aku dikubur
Mereka hanya bisa membakar kertasku
Namun katakanlah dengan ilmu agar manusia mengetahui
Siapa sebenarnya yang berilmu[7]  

Dr. Mahmud Ali Himayah mencatat ada 46 judul karya-karya Ibn Hazm yang terlacak.[8] Di sini pemakalah akan menyebutkan karya-karyanya di berbagai bidang ilmu yang berlainan. Diantaranya:[9]
1)      Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam (Penguatan Dasar-Dasar Hukum) Karya yang berisi ushul mazhab, membandingkan, menjelaskan dan membela dari ushul mazhab lain.
2)       Al- Ushul wa al-Furu’ (Pokok-Pokok Agama dan Cabangnya)
3)      Ibthal al-Qiyas wa al-Ra’y, Istihsan wa at-Taqlid wa at-Talil (Membatalkan Qiyas, Ra’y, Istihsan, Taqlid dan Ta’lil): Karya ini tersimpan di perpusatakaan Gutah, dengan nomor katalog 640 dan telah dikaji oleh Jaulid Sayhar.
4)      Al Bayan ‘an Haqiqah al-Insan (Hakikat Manusia)
5)      Diwan Ibn Hazm (Kumpulan Sastra Karya Ibn Hazm)
6)      Risalah fi ar-Radd ‘ala al-Kindi al-Failusuf (Penolakan atas Filosof al-Kindi)
7)      Thauq al-Hamamah fi al-Ulfah wa al-Ullaf (kekuatan Wanita dengan Kelembutan dan Kemanjaan)
8)      Fadhl al-Andalus wa Dzikr Rijalih (Keutamaan Andalusia dan Kehormatan para tokohnya): Orang akan terkejut membaca karya ini bahwa ulama Andalusia melebihi ulama negeri timur, dan karya-karya Cordova tidak tertandingi oleh karya-karya Baghdad.
9)      Al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal (Penjelasan tentang Sekte dan Aliran Keagamaan)
10)   Mandzumah fi Qawa’id Ushul Fiqh az-Zahiri (Sistematika Kaidah Ushul Fiqh azh-Zhahiri)

Sementara untuk karya-karya yang hilang, tercatat sebanyak 85 judul[10] Kesemua ini menunjukkan kejeniusan dan kepiawaian Ibn Hazm dalam belantika pengetahuan. Beliau wafat di siang hari Ahad, dua hari terakhir bulan Sya’ban 456 H di padang Lablah. Ada juga menyebutkan, ia wafat di Manta Lisyam desa kelahirannya.[11]

Awalnya Ibn Hazm menganut Mazhab Maliki, kemudian beralih ke Mazhab Syafi’I dan berakhir ke Mazhab Zhahiri.[12]  Namun, tidak ada keterangan atau data-data yang jelas mengapa Ibn Hazm menganut Mazhab Ini.[13] Ia bukan peniru (muqallid) Imam Daud az-Zahiri, bahkan ada yang menyatakan kebetulan jalan kedua pikiran mereka sama.[14]

Menurut Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm lebih memilih metode zhahiri karena penolakannya terhadap “metode instrumentatif” yang menyebabkan agama menjadi rumit. Kecenderungan zhahiri ini juga berkaitan dengan kondisi sosial Ibn Hazm yang penuh dengan pertentangan dan pergolakan.[15]

Lalu, kontribusi apa yang telah ditorehkan ulama jenius ini terhadap mazhab az-zhahiri?




[1] Ibn Khallikan, Wafiyth al-A’yan, juz 3, h. 325
[2] Opcit, 353-354
[3] Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, h. 62-63
[4] Ibid. 60
[5] Ibid. 60-61
[6] Ibid. 66,67
[7] Ibid.82-84
[8] Disertai sinopsis singkat dari 46 judul buku tersebut yang terdiri dari berbagai bidang pengetahuan.
[9] Lebih jelasnya lihat Dr. Mahmud Ali Himayah,  Ibn Hazm, h. 83-97

[10] Ibid. 97-104. Di sini juga dirinci mengenai karya-karya yang hilang tersebut.
[11] Ibn Khallikan, Wafiyat  al-A’yan, juz 3, h. 328
[12] M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, cet, 3 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998) h. 235-236
[13] Dr. Mahmud Ali Himayah,  Ibn Hazm, h.175
[14] M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, h. 237
[15] Lebih jelas lihat Dr. Mahmud Ali Himayah,  Ibn Hazm, h.175-181

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About