Rabu, 10 April 2013

Mazhab az-Zhahiri (1): Pendiri dan Perkembangan

Mazhab fiqh lebih dari empat. Selain Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, terhadap pula Mazhab Zhahiri

Tidak ada perbedaan dikalangan ulama, bahwah mazhab Zhahiri dibawa oleh Daud bin Khalaf. Penamaan mazhab tidak diambil dari pendiri –sebagaimana mazhab-mazhab lainnya- melainkan bentuk corak berpikir mazhab tersebut yang memahami teks terlalu literal (zahir).


Dalam perkembangannya, mazhab ini tidak dapat dilepaskan dari sosok Ibn Hazm, ulama terkemuka Andalusia yang menjadi pilar utama bagi mazhab Zhahiri. Melalui Ibn Hazm, selain cabang-cabang dan ushul-ushul mazhab dapat dilestarikan, Ia juga berjasa dalam mengembangkan metodologi mazhab zhahiri.

Daud Az-Zhahiri
Nama lengkap beliau, Daud bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani dikenal dengan sebutan Daud az-Zhahiri. Lahir di Kufah antara tahun 200, 201 dan 202 H[1]. Merantau ke Naisabur dan besar di Baghdad. Mulanya ia bermazhab Syafi’i dan termasuk orang yang begitu mencitai sang Imam sehingga menulis dua buku mengenai keutamaan dan sanjungan kepada Imam Syafi’i.[2]

Namun tidak lama menganut mazhab ini, ia keluar dan berkata” Sesungguhnya sumber-sumber Syariah (hukum Islam) adalah nash-nashnya saja”. Ia menolak dan tidak mengikuti qias. Ketika ditanya, “bagaimana Anda membatalkan qias padahal Syafi’i menganutnya?” Ia menjawab, “saya mengikuti argumentasi Syafi’i dalam membatalkan istihsan, maka saya juga menemukan adanya pembatalan pada qias”.[3]

Perpindahan Daud az-Zahiri dari mazhab Syafi’I ke Zahiri ada kaitannya dengan pengaruh metodologi fikih syafi’I serta maraknya periwatan Sunnah pada masa itu, sehingga ia cenderung merujuk kepada nash semata.[4]

Para ulama sepakat bahwa Daud bin Khalaf orang yang pertama sekali berpendapat dan menggunakan metode Zhahiri. Dalam bahasa Khatib al-Baghdadi, “orang yang pertama sekali menggunakan pemahaman luar (zhahir) dan menafikan qias dalam menghasilkan hukum-hukum Islam[5], ta’wil dan ra’y.[6]

Daud az-Zhahiri termasuk dalam tingkatan imam mujtahid. Keluasan ilmu dan pengaruhnya di masyarakat dapat dilihat dari banyaknya yang hadir di majlis tempat ia mengajar. Dikatakan, setiap harinya ada empat ratus orang yang hadir di majlis Imam Daud.[7]

Imam Daud seorang mujtahid, muhaddits, hafiz,[8] zahid dan wara’. Diantara guru beliau adalah Ishaq bin Rahawaih dan Abu Tsaurin.[9] Beliau dikenal sebagai tokoh yang tidak terikat pada pendapat jumhur atau mayoritas ulama. Ia sering menggunakan majlis studi sebagai ajang argumentasi dan mengajak untuk berfikir berdasarkan orientasi Alquran dan Sunnah semata.[10]

Beliau banyak mengarang kitab bercorak zhahiri untuk mendukung pendapat-pendapatnya. Karya-karya tersebut kemudian dilestarikan  oleh putranya, Abu Bakar Muhammad bin Daud yang memimpin mazhab sepeninggal ayahnya.[11]

Imam Daud seorang muhaddis, karya-karyanya penuh dengan hadis, sehingga hadis merupakan fikihnya.[12] Beliau wafat pada bulan Zulqa’dah[13] atau bulan Ramadhan tahun 270 H.[14]

Tabaqat Mazhab Zhahiri[15]
Berkembangnya suatu mazhab tidak karena satu orang. melainkan diteruskan dan dikembangkan oleh pengikut-pengikutnya. Tabaqat pertama Mazhab Zahiri diantaranya:

● Abu Bakar Muhammad bin Daud: Anak Imam Daud. Seorang fakih, sastrawan dan penyair handal. Memiliki keilmuan tinggi, memimpin Mazhab sepeninggal ayahnya. 
● Abu Bakar Muhammad bin Ishaq al-Qasaniy. Selain menyebarkan Mazhab Zhahiri, terdapat pula ia banyak berseberangan dengan ushul dan furu’ Mazhab.
● Abu Sa’id al-Hasan bin Ubaid an-Nahrabaniy dan Muhamamad bin Ubaidullah bin Khalaf atau disebut ar-Radhi’: Lebih sedikit berseberangan dengan Mazhab.
● Abu Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad bin Irfah al-Azdiy an-Nahwiy
● Abu Ali Husain bin Abdullah as-Samarqandiy

Tabaqat berikutnya:
● Abul Hasan Abdullah bin Ahmad bin al-Maghlas (w. 324 H): murid Ibn Daud azh-Zhahiri. Tingkatannya Imam Mazhab Zhahiri dengan karya al-Muwaddhih. Berjasa menyebarkan Mazhab Zahiri
● Abul Hasan Haidarah bin Umar az-Zandawardiy (w.358 H). Melaluinya masyarakat Baghdad menerima Mazhab Daud.
● Ali bin Muhammad al Baghdadi
Tabaqat berikutnya:
● Qadhi al-Qudhah (Hakim Agung) Abu Said Basyar bin al-Husain: Imam Mazhab Zahiri.
● Qadhi Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sholih al-Manshuriy: pengarang kitab “النير ” .
Tabaqat berikutnya:
● al-Qadhi Abul Hasan Abdul Aziz bin Ahmad al-Kharziy
● Al-Qadhi Abul Faraj al-Famiy asy-Syiraziy: Imam Mazhab Daud, darinya fuqaha Syiraz mengambil Mazhab Daud. Ia termasuk tokoh kalam Mu’tazilah.
● Abu Bakar Muhammad bin Bannan.
Setelah fase ini, Mazhab Zhahiri mengalami kemerosotan di Baghdad. Hanya tinggal sekelompok penganut Zhahiri di Syiraz  yang merupakan sahabat Abul Faraj al-Famiy.

● Adapun Ibn Hazm merupakan Faqih Zhahiri di negeri Barat-Islam (Cordova).

Perkembangan Mazhab
Mazhab Zhahiri berkembang pesat di wilayah Irak dan sekitarnya pada kurun abad ke 3 dan ke 4 H. Mazhab Zhahiri  adalah mazhab ke empat di negeri Timur setelah Hanafiy, Syafi’iy, dan Malikiy. Kemudian disusul Hanbaliy. Namun pada abad ke 5 H, di bawah al-Qadhi Ibn Abi Ya’la (w. 458), Mazhab Hanbali berkembang mengalahkan Mazhab Zhahiri.[16]

Mazhab Zahiri banyak mendapat tantatangan dan perlawanan yang hebat. Hal ini dikarenakan Imam Daud melarang taklid secara mutlak sekalipun itu orang awan. Jika ia tidak mampu berijtihad hendaknya bertanya kepada orang yang mampu memberikan penjelasan dalil Alquran, Sunnah ataupun ijma’.[17]

 M. Abu Zahroh menulis, ada dua faktor penyebab mazhab ini tersebar:
Pertama. Karya-karya Imam Daud. Ia telah menulis sejumlah buku yang kesemuanya berisi Sunnah dan Atsar, menyangkut penetapan dalil-dalil furu’ fikih mazhab Zhahiri, penjelasan hukum dan ketercakupan nash-nash terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul. [18]  

Kedua. Para murid yang turut menyebarkan mazhab ini -terutama anaknya Abu Bakr bin Daud- yang mengajak masyarakat kepada mazhab Zhahiri dengan mengumandangkan kedudukan Sunnah pada saat banyaknya corak ragam fikih dan mazhab-mazhab yang muncul.[19]  

Pada saat Mazhab Zhahiri mundur di negeri Timur, Mazhab ini benderang di Andalusia. Bukan karena banyaknya pengikut melainkan karena sosok intelektual cemerlang Ibn Hazm.[20] Seorang tokoh yang memiliki argumentasi kuat dan berpengetahuan luas dibidang fikih, filsafat, sastra, dan kebudayaan. Ibn Hazm berjasa besar melestarikan Mazhab Zhahiri sehingga furu’ dan ushul mazhab tidak berserakan di buku-buku dan dalam mazhab-mazhab lain.[21]Karya Ibn Hazm termasuk dalam deretan karya-karya besar khazanah Islam.

Namun bagaimana mazhab Zhahiri dapat sampai ke Andalusia? Benih-benih mazhab Zhahiri sudah terdapat di Andalusia sejak Imam Daud masih hidup. Pada Abad ke tiga Hijriah, sekelompok ulama Andalusia melakukan perjalanan ilmiah ke Negeri Timur (Baghdad) dan bertemu dengan Imam Ahmad dan juga para tokoh ulama seperti Imam Daud dan lainnya. Para ulama ini lalu menyebarkan apa yang mereka dapati dari Timur berupa Sunnah, atsar, dan juga mazhab. Diantara mereka ada yang menyebarkan mazhab tersebut.[22]   

(Aidil Susandi, Lc)

[1] Ibnu Khallikan, Wafiyat al-A’yan, (Beirut: Dar Shadir, t.th) juz 2, hal 257
[3] Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, ter. Halid Alkaf, cet. 1 (Jakarta:Penerbit Lentera, 2001) hal, 174
[4] Lebih jelas lihat M. Abu Zahroh, Tarikh al- Mazahib al-Islamiyah (Dar  al-Fikr al-Arabi, tth.) juz 2, hal. 246
[5] Opcit.
[6] Khairuddin az-Zirikli, al-A’lam Qomus at-Tarajim, cet. 15 (Beirut:Dar al-ilm lil Malayin, 2002) juz 2. h. 333
[7] Ibid.
[8] Umar Ridha Kihalah, Mu’jam al Muallifin, juz 1, hal. 700
[9] Ibn Khallikan, Wafiyat al-A’yan, juz 2, hal 255
[10] Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, h. 175
[11] Ibid.
[12] M. Abu Zahroh, Tarikh al- Mazahib al-Islamiyah, Juz 2, hal. 347
[13] Ibn Khallikan, Wafiyth al-A’yan, juz 2, h. 257
[14] Al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, cet.1 (Beirut: Dar al-Gharb al-Islamiy, 2001) jilid 9, h 348
[15] Lihat Abu Ishaq asy-Syiraziy, Tabaqat al Fuqaha, (Beurut: Dar ar-Raid al-Arabi, 1970) h. 175- 179
[18] Ibid,  hal. 350
[19] Ibid, hal. 351
[20] Ibid.
[21] Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, h. 175
[22] M Abu Zahroh, Tarikh  al-Mazahib al-Islamiyah, juz 2, hal. 352

5 komentar:

  1. Ulama Islam menjadi teladan..betapa gigihnya dalam mecari ilmu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepakat...tapi ironisnya saat ini, kader-kader ulama yang lahir dari akademisi tidak banyak yang meneladani pendahulu-pendahul mereka

      Hapus
    2. Banyak penyebab sih....terutama lingkungan yg kurang suport terhadap ilmu

      Hapus
  2. Bener Mas..kita patut mencontoh mereka

    BalasHapus
  3. Terima kasih artikelnya. sejarah ulama yg menarik

    BalasHapus

 

Blogger news

Blogroll

About