Tidak ada
perbedaan dikalangan ulama, bahwah mazhab Zhahiri dibawa oleh Daud bin Khalaf. Penamaan
mazhab tidak diambil dari pendiri –sebagaimana mazhab-mazhab lainnya- melainkan
bentuk corak berpikir mazhab tersebut yang memahami teks terlalu literal
(zahir).
Dalam
perkembangannya, mazhab ini tidak dapat dilepaskan dari sosok Ibn Hazm, ulama
terkemuka Andalusia yang menjadi pilar utama bagi mazhab Zhahiri. Melalui
Ibn Hazm, selain cabang-cabang dan ushul-ushul mazhab dapat
dilestarikan, Ia juga berjasa dalam mengembangkan metodologi mazhab zhahiri.
Daud Az-Zhahiri
Nama lengkap beliau, Daud bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani
dikenal dengan sebutan Daud az-Zhahiri. Lahir di Kufah antara tahun 200, 201
dan 202 H[1].
Merantau ke Naisabur dan besar
di Baghdad. Mulanya ia
bermazhab Syafi’i dan termasuk orang yang begitu mencitai sang Imam sehingga menulis dua buku mengenai
keutamaan dan sanjungan kepada Imam Syafi’i.[2]
Namun tidak lama menganut mazhab ini, ia keluar dan berkata”
Sesungguhnya sumber-sumber Syariah (hukum Islam) adalah nash-nashnya
saja”. Ia menolak dan tidak mengikuti qias. Ketika ditanya, “bagaimana
Anda membatalkan qias padahal Syafi’i menganutnya?” Ia menjawab, “saya mengikuti argumentasi Syafi’i dalam membatalkan istihsan,
maka saya juga menemukan adanya pembatalan pada qias”.[3]
Perpindahan Daud
az-Zahiri dari mazhab Syafi’I ke Zahiri ada kaitannya dengan pengaruh
metodologi fikih syafi’I serta maraknya periwatan Sunnah pada masa itu,
sehingga ia cenderung merujuk kepada nash semata.[4]
Para ulama sepakat bahwa Daud bin Khalaf orang yang pertama sekali berpendapat dan
menggunakan metode Zhahiri. Dalam bahasa Khatib al-Baghdadi, “orang yang
pertama sekali menggunakan pemahaman luar (zhahir) dan menafikan qias
dalam menghasilkan hukum-hukum Islam[5], ta’wil
dan ra’y.[6]
Daud az-Zhahiri
termasuk dalam tingkatan imam mujtahid. Keluasan ilmu dan pengaruhnya di
masyarakat dapat dilihat dari
banyaknya yang hadir di majlis tempat ia mengajar. Dikatakan, setiap harinya
ada empat ratus orang yang hadir di majlis Imam Daud.[7]
Imam Daud seorang mujtahid, muhaddits, hafiz,[8]
zahid dan wara’. Diantara guru beliau adalah Ishaq bin Rahawaih dan Abu
Tsaurin.[9] Beliau
dikenal sebagai tokoh yang tidak terikat pada pendapat jumhur atau mayoritas
ulama. Ia sering menggunakan majlis studi sebagai ajang argumentasi dan
mengajak untuk berfikir berdasarkan orientasi Alquran dan Sunnah semata.[10]
Beliau banyak mengarang kitab bercorak zhahiri untuk
mendukung pendapat-pendapatnya. Karya-karya tersebut kemudian dilestarikan oleh putranya, Abu Bakar Muhammad bin Daud yang memimpin mazhab sepeninggal ayahnya.[11]
Imam Daud seorang muhaddis, karya-karyanya penuh
dengan hadis, sehingga hadis merupakan fikihnya.[12] Beliau
wafat pada bulan Zulqa’dah[13]
atau bulan Ramadhan tahun 270 H.[14]
Tabaqat Mazhab Zhahiri[15]
Berkembangnya suatu mazhab tidak karena
satu orang. melainkan
diteruskan dan dikembangkan oleh pengikut-pengikutnya. Tabaqat pertama
Mazhab Zahiri diantaranya:
● Abu Bakar Muhammad bin Daud: Anak Imam
Daud. Seorang fakih, sastrawan dan penyair handal. Memiliki keilmuan tinggi,
memimpin Mazhab sepeninggal ayahnya.
● Abu Bakar Muhammad bin Ishaq al-Qasaniy.
Selain menyebarkan Mazhab Zhahiri, terdapat pula ia banyak berseberangan dengan
ushul dan furu’ Mazhab.
● Abu Sa’id al-Hasan bin Ubaid
an-Nahrabaniy dan Muhamamad bin Ubaidullah bin Khalaf atau disebut ar-Radhi’:
Lebih sedikit berseberangan dengan Mazhab.
● Abu Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad bin
Irfah al-Azdiy an-Nahwiy
● Abu Ali Husain bin Abdullah
as-Samarqandiy
Tabaqat berikutnya:
● Abul Hasan Abdullah bin Ahmad bin
al-Maghlas (w. 324 H): murid Ibn Daud azh-Zhahiri. Tingkatannya Imam Mazhab Zhahiri
dengan karya al-Muwaddhih. Berjasa menyebarkan Mazhab Zahiri
● Abul Hasan Haidarah bin Umar
az-Zandawardiy (w.358 H). Melaluinya masyarakat Baghdad menerima Mazhab Daud.
● Ali bin Muhammad al Baghdadi
Tabaqat berikutnya:
● Qadhi al-Qudhah (Hakim Agung) Abu Said
Basyar bin al-Husain: Imam Mazhab Zahiri.
● Qadhi Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin
Sholih al-Manshuriy: pengarang kitab “النير ” .
Tabaqat berikutnya:
● al-Qadhi Abul Hasan Abdul Aziz bin Ahmad
al-Kharziy
● Al-Qadhi Abul Faraj al-Famiy asy-Syiraziy:
Imam Mazhab Daud, darinya fuqaha Syiraz mengambil Mazhab Daud. Ia termasuk
tokoh kalam Mu’tazilah.
● Abu Bakar Muhammad bin Bannan.
Setelah fase ini, Mazhab Zhahiri mengalami
kemerosotan di Baghdad.
Hanya tinggal sekelompok penganut Zhahiri di Syiraz yang merupakan sahabat Abul Faraj al-Famiy.
● Adapun Ibn Hazm merupakan Faqih Zhahiri di negeri
Barat-Islam (Cordova).
Perkembangan Mazhab
Mazhab Zhahiri berkembang pesat di wilayah
Irak dan sekitarnya pada kurun abad ke 3 dan ke 4 H. Mazhab Zhahiri adalah mazhab ke empat di negeri Timur
setelah Hanafiy, Syafi’iy, dan Malikiy. Kemudian disusul Hanbaliy. Namun pada
abad ke 5 H, di bawah al-Qadhi Ibn Abi Ya’la (w. 458), Mazhab Hanbali
berkembang mengalahkan Mazhab Zhahiri.[16]
Mazhab Zahiri banyak mendapat tantatangan dan perlawanan yang
hebat. Hal ini dikarenakan Imam Daud melarang taklid secara mutlak sekalipun
itu orang awan. Jika ia tidak mampu berijtihad hendaknya bertanya kepada orang
yang mampu memberikan penjelasan dalil Alquran, Sunnah ataupun ijma’.[17]
M. Abu Zahroh menulis, ada dua faktor penyebab mazhab
ini tersebar:
Pertama. Karya-karya Imam Daud. Ia telah menulis
sejumlah buku yang kesemuanya berisi Sunnah dan Atsar, menyangkut
penetapan dalil-dalil furu’ fikih mazhab Zhahiri, penjelasan hukum dan ketercakupan nash-nash
terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul. [18]
Kedua. Para murid yang turut menyebarkan mazhab ini
-terutama anaknya Abu Bakr bin Daud- yang mengajak masyarakat kepada mazhab Zhahiri dengan mengumandangkan
kedudukan Sunnah pada saat banyaknya corak ragam fikih dan mazhab-mazhab yang
muncul.[19]
Pada saat Mazhab Zhahiri mundur di negeri Timur, Mazhab ini benderang di Andalusia.
Bukan karena banyaknya pengikut melainkan karena sosok intelektual cemerlang
Ibn Hazm.[20] Seorang
tokoh yang memiliki argumentasi kuat dan berpengetahuan luas dibidang fikih,
filsafat, sastra, dan kebudayaan. Ibn Hazm berjasa besar melestarikan Mazhab Zhahiri
sehingga furu’ dan ushul mazhab tidak berserakan di buku-buku dan
dalam mazhab-mazhab lain.[21]Karya
Ibn Hazm termasuk dalam deretan karya-karya besar khazanah Islam.
Namun bagaimana mazhab Zhahiri dapat sampai ke Andalusia? Benih-benih
mazhab Zhahiri sudah terdapat
di Andalusia sejak Imam Daud masih hidup. Pada Abad ke tiga Hijriah, sekelompok
ulama Andalusia melakukan perjalanan ilmiah ke Negeri Timur (Baghdad) dan
bertemu dengan Imam Ahmad dan juga para tokoh ulama seperti Imam Daud dan
lainnya. Para ulama ini lalu menyebarkan apa yang mereka dapati dari Timur
berupa Sunnah, atsar, dan juga mazhab. Diantara mereka ada yang
menyebarkan mazhab tersebut.[22]
(Aidil Susandi, Lc)
[1]
Ibnu Khallikan, Wafiyat
al-A’yan, (Beirut: Dar Shadir, t.th) juz 2, hal 257
[3]
Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, ter. Halid Alkaf, cet. 1 (Jakarta:Penerbit Lentera,
2001) hal, 174
[4] Lebih
jelas lihat M. Abu Zahroh, Tarikh al- Mazahib
al-Islamiyah (Dar al-Fikr
al-Arabi, tth.) juz 2, hal. 246
[5] Opcit.
[6]
Khairuddin az-Zirikli, al-A’lam Qomus at-Tarajim, cet. 15 (Beirut:Dar al-ilm lil
Malayin, 2002) juz 2. h. 333
[7] Ibid.
[8]
Umar Ridha Kihalah, Mu’jam al Muallifin, juz 1, hal. 700
[10]
Dr. Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, h. 175
[11] Ibid.
[12]
M. Abu Zahroh, Tarikh al- Mazahib al-Islamiyah, Juz 2, hal. 347
[13]
Ibn Khallikan, Wafiyth
al-A’yan, juz 2, h. 257
[14]
Al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, cet.1 (Beirut: Dar al-Gharb al-Islamiy, 2001) jilid
9, h 348
[15]
Lihat Abu Ishaq asy-Syiraziy, Tabaqat al Fuqaha, (Beurut: Dar ar-Raid
al-Arabi, 1970) h. 175- 179
[18] Ibid, hal. 350
[19] Ibid,
hal. 351
[20] Ibid.
[21] Dr.
Mahmud Ali Himayah, Ibn Hazm, h. 175
[22] M
Abu Zahroh, Tarikh al-Mazahib
al-Islamiyah, juz 2, hal. 352
Ulama Islam menjadi teladan..betapa gigihnya dalam mecari ilmu...
BalasHapussepakat...tapi ironisnya saat ini, kader-kader ulama yang lahir dari akademisi tidak banyak yang meneladani pendahulu-pendahul mereka
HapusBanyak penyebab sih....terutama lingkungan yg kurang suport terhadap ilmu
HapusBener Mas..kita patut mencontoh mereka
BalasHapusTerima kasih artikelnya. sejarah ulama yg menarik
BalasHapus